THR Tepung dan Mentega

Celoteh Ramadan

CIK Amat kelihatan sedih, setelah mendapatkan Tunjangan Hari Raya [THR] dari kantornya. THR yang terbungkus dalam kantong plastik warna merah, hanya berisikan satu kilogram mentega, dan dua kilogram tepung terigu.
‘’Macam mane-lah lebaran tahun mau bersuka-ria, kalau di rumah kite setiap tahunnya berisikan kue bangkit, dan kue bahulu model bunga-bunga. Tak pernahnya bini membuat kue yang lebih enak dikit,’’ ungkap Leman, teman sekantor Cik Amat.



‘’Iye bang Leman. Saya tak pernah mengambil THR dari kantor. Habis cume tepung dari mentega,’’ timpal Udin Bengkalis.
‘’Betul,’’ ujar Ahyar Tarempa yang baru sembuh dari sakit.
‘’Tak pernahlah THR kita ini berubah dari tahun ke tahun. Tepung, mentega. Kalau die menjadi Lurah, maka ditambah gula satu kilo. Kalau die menjadi Pak Camat, ditambah sirup dua botol. Nah, kalau die menjabat kepala dinas, maka ade tepung terigu, mentega, sirup, gula, dan ditambah dua kaleng susu cap nona. Saye, dapat THR itu langsung saye bagikan kepada tetangga,’’ cerita Ahyar Terempa, juga kelihatan sedih.
Cik Amat berdiam diri saja, mendengarkan keluh kesah teman-temannya tentang THR seorang pegawai negeri sipil. Hati Cik Amat semakin miris mendengar itu itu, karena bininya tak pernah bisa-bisa membuat kue lapis susu delapan belas jam, atau pudding telur, atau kue-kue sedap-sedap lain yang dia pelajari dari ibu-ibu PKK.
‘’Seharusnya Din,’’ kata Ahyar Tarempa lagi. ‘’Seharusnya Pak Camat, Kepala Dinas tidak perlu lagi mendapatkan THR seperti itu, karena mereka banyak mendapatkan parcel dari teman-teman sejawatnya. Yang harus mendapatkan THR tepung, mentega, susu, sirup, gula, pegawai rendahan seperti kita ini,’’ terang Ahyar.
‘’Betul!’’ seru Leman.
‘’Aok..!’’ sahut Udin Bengkalis.
‘’Bagaimana kalau kite menulis surat,’’ kata Leman.
‘’Surat kepada siapa?’’ tanya Udin.
‘’Menulis surat ke walikota. Khan di koran ade dituliskan, ‘Warga bertanya, Bang Nyat menjawab’ jadi, walikota menjawab semua pertanyaan kita,’’ terang Leman.
‘’Betul jugak cakap awak tu Man,’’ timpal Udin lagi. ‘’Mari kite bertanya kepada Pak Wali, kenapa pegawai negeri sipil rendahan seperti kite-kite ini hanya mendapatkan THR tepung terigu dan mentega. Nak, buat lempeng pada lebaran nanti,’’ ungkap Ahyar.
‘’Iye, masak pegawai swasta mendapatkan THR satu sampai dua bulan gaji. Ayolah kite buat sekarang, sebelum lebaran tiba,’’ timpal Leman.
‘’Tak usahlah kite nak macam-macam. Memang beginilah nasib pegawai negeri. Kalau tak mau tepung dan mentega, jangan menjadi pegawai negeri. Kenape kalian berebut-rebut menjadi pegawai negeri dulu, nyogok pulak. Sekarang merepet-repet. Sudahlah, kerja kite lagi,’’ terang Cik Amat. Udin, Leman dan Ahyar Tarempa, tediam mendengarkannya. ***

0 comments: