Beli Durian

Celoteh Ramadhan

PUT..! Put…! Cik Amat menghentikan sepeda motor buntut model tahun 70-an, tepat di depan penjual durian yang berada di pinggir jalan. Turun dari sepeda motornya, Cik Amat langsung membelek-belek (melirik-lirik) beberapa jenis durian.


‘’Ini dulian asli Bangkok,’’ terang Akiong si penjual durian di tepi jalan.
‘’Kalau dulian Bangkok harganya 7.800 per kilogram. Kalau dulian Malasyia harganya mahal dikit, sembilan ribu rupiah per kilogram. Bapak mau yang mana,’’ kata Akiong lagi.
‘’Dulian ini paling enak pak, apalagi bulan puasa, bisa bikin bubur kacang hijau campur dulian, di makan berbuka,’’ Akiong makin memperjelas keenakan buah dulian.
‘’Selain itu Pak. Dulian Bangkok ini isinya bulat mengkilat, ada ujungnya, tidak lembek, kalau dipegang masih kenyal. Kalau dibikin bubur Pak, waduh isinya tidak lontoklah,’’ tambah Akiong.
‘’Tak usaha engkau jelaskan tentang durian. Aku ini sudah berumur 60 tahunan, tentu lebih banyak aku makan durian daripada engkau. Mungkin sekarang ini engkau makan durian, karena engkau berjualan,’’ tutur Cik Amat dengan ketus, karena telinganya sudah pekak mendengar penjelasan Akiong, ditambah lagi aroma durian yang menyengat hidung. Bulan puasa lagi, bagaimana rasanya menahan lapar dan haus setelah mencium bau durian tersebut.
‘’Jadi! Bapak ini mau beli atau tidak?’’ tanya Akiong lagi.
‘’Engkau ini asyik nak memekak saje. Iyelah, aku nak beli isi durian Tanjungbatu, atau durian Bengkalis, berapa satu kilo?’’
‘’Hai ya..! bapak ini bagaimanalah.. oe hanya menjual dulian Malaysia dan Bangkok, dulian Tanjungbatu tak ada lah..!’’
‘’Awak itulah, tak cinta dengan buah-buah sendiri, asyik nak menjual punya orang. Yang kaye, khan petani Malaysia dan Bangkok, petani kite miskin semue, karena mike tak mau membeli dan menjualnya,’’ ungkap Cik Amat dengan suara melengking, dengan tangannya menunjuk-nunjuk muka Akiong.
Mendengar suara Cik Amat yang keras, beberapa pengendara motor dan orang-orang yang berjalan kaki langsung berhenti, mendekati Cik Amat. Akibatnya, suasana menjadi ramai, jalan pun menjadi macet. Klakson kendara, bunyi knalpot pun memekakan telinga.
‘’Ada apa ini…! Ada apa ini..! tanya orang-orang yang berhenti. Cik Amat dan Akiong menjelaskan perihal yang menyebabkan mereka bertengkar.
‘’Bagi sajelah durian satu butir kepada orangtua ini Pak Akiong. Anggarap saja bersedekah pada bulan puasa,’’ ungkap seseorang.
‘’Nah, betul capak awak tu nak,’’ kata Cik Amat. Dengan berat hati, Akiong pun memberi sebiji durian kepada Cik Amat. ***


0 comments: