Rendam Kaki Dalam Baskom

Celoteh Ramadan

SEMENJAK 17 hari bulan Ramadan, Cik Minah terus meningkatkan amal ibadahnya. Sembahyang teraweh yang biasanya 11 rakat, pulang ke rumah ditambah lagi, hingga menjadi 21 rakat. Bangun tengah malam langsung salat tahajud. Usai subuh, membaca Al Quran, dan sepenggal matahari pagi, Cik Minah ambil air wudhu langsung menjalankan salat Dhuha.



Tak hanya itu, salat sunat qabla dan ba’da setiap melaksanakan salat fardhu, tak tinggalkan. Zikir, menyebut asma Allah terus tingkatkan. Hal ini membuat Cik Amat terheran-heran, ada apa gerangan istrinya. Yang biasanya, Cik Minah itu kerjanya menjuyah ke sana- ke sini, tiba-tiba berubah perangai menjadi alim.
‘’Jangan si Minah mendapat mukjizat pulak, sehingga perilakunya berubah hingga tiga ratus enam puluh derajat,’’ gumam Cik Amat.
Yang membuat Cik Amat terheran, setiap malam, Cik Minah selalu menyiapkan baskom berisi air. Kemudian, kakinya langsung direndam di dalam baskon itu, berjam-jam lamanya. Kakinya yang agak keriputan karena usia yang semakin renta, bertambah keriput karena terus direndam di dalam air.
Melihat tabiat istrinya seperti itu, membuat Cik Amat tak tahan ingin bertanya. Ada apakah gerangan. Atau memang Allah sudah membuka pintu hati istrinya itu, sehingga amal ibadah ditingkatkan.
‘’Minah, untuk apa baskom berisi air yang engkau taruk di dalam kamar. Kemudian, kenapa pulak kaki engkau direndam dalam baskom itu hingga berlama-lama. Nanti masuk angin pulak kaki engkau tu Minah?’’ tanya Cik Amat kepada bininya yang tengah mengaji kitab suci Al Quran.
‘’Tenang sajelah abang. Jangan mengganggu saya nak mengaji,’’ jawab Cik Minah bersahaja, tanpa menoleh suaminya.
‘’Jangan tenang-tenang Minah. Engkau itu kalau masuk angin, bukan main rhokah (cerewet, red), minta urutlah, kasih minyak cap kapaklah, semacam-macam,’’ kata Cik Amat.
‘’Hei bang. Inikan sudah 17 hari bulan Ramadan. Nah, mulai sekarang ini Allah menurunkan Lailatul Qadar,’’ terang Cik Minah.
‘’Apa hubungan engkau merendamkan kaki dalam air, dengan malam Lailatul Qadar,’’ ungkap Cik Amat.
‘’Bang dengar ye!. Kalau Lailatul Qadar itu turun, bumi ini menjadi terang benderang, bulan bersinar keemasan, semua pohon-pohon tunduk dan sujut. Air menjadi beku,’’ jelas Cik Minah. ‘’Nah, air dalam baskom ini pun turun,’’ terang Cik Minah bersemangat, tidak memperdulikan suaminya. Cik Minah terus melantunkan ayat-ayat yang ada dalam kitab suci itu. ***

0 comments: